Versus

Panda Nababan: La Nyalla Tak Punya Kekuatan Politik

Published

on

Nyanyian Ketua DPD RI, La Nyalla Mattalitti tentang penundaan pemilu 2024 sebenarnya hanya menunjukkan inkonsistensi dirinya sendiri. 

La Nyalla Mattalitti seolah ingin mendapat rangkulan dari Jokowi, di masa akhir jabatan 2 periode.

Kendati demikian, faktanya, Jokowi sudah mencium aroma busuk La Nyalla. Jokowi masih ingat, saat Pilpres 2014, La Nyalla pernah membuat propaganda lewat koran kuning, Tabloid Obor Rakyat, menuduh Jokowi sebagai PKI Kristen dan Tionghoa.

Lantas, jelang Pilpres 2019, tiba-tiba La Nyalla Mattalitti muncul dengan pengakuan, bahwa ia dalang pembuatan koran kuning untuk menuduh Jokowi, agar Pranowo menang. Saat Pilpres periode kedua itu, La Nyalla tanpa rasa malu mendukung Jokowi.

Bahkan ia rela mengorbankan kepalanya bila sampai Prabowo Subianto menang unggul di Madura. 

Politisi Senior PDIP Panda Nababan menyebut, La Nyalla merupakan politisi yang tak punya pengaruh. Suaranya saja yang lantang, tapi sebenarnya tak punya kekuatan.

“Dalam percaturan real politik mereka tidak punya pengaruh,” ujar Panda.

La Nyalla memang tercatat sebagai kutu loncat di sejumlah partai politik. Jalan politiknya tak pernah mulus, karena ia tak mau bersabar dengan cara elegan. La Nyalla juga tercatat gagal maju sebagai calon Gubernur Jawa Timur pada 2018. 

Satu satunya pengaruh, La Nyalla saat ini karena ia sebagai ketua DPD RI. Itu saja. Selebihnya, ia hanya memiliki pendukung yang sifatnya hanya bayaran saja -seperti yang ia akui lewat kasus mahar politik Prabowo.

Selain itu, DPD juga tak punya pengaruh besar seperti DPR RI. Untuk itu, La Nyalla Mattalitti tampak terus mendekati Puan Maharani agar ia mau mendukung penundaan pemilu 2024.

Sambil berbisik La Nyalla menyampaikan, bahwa sudah waktunya Puan Maharani jadi presiden. Janji palsu La Nyalla itu, sejatinya hanya rayuan agar ia bisa mendapat dukungan DPR.

Selain penundaan pemilu, La Nyalla juga ingin mengubah UUD 45 ke naskah yang asli. Lewat cara itu, ia ingin mengembalikan kekuasaan MPR RI jadi lembaga tertinggi. Lewat jalan itu, ada kesempatan baru buat La Nyalla untuk menjadi presiden lewat pemilihan di MPR tanpa pemilu.

Tapi sekali lagi, buat Panda, La Nyalla tak sekuat lembaga DPR untuk mewujudkan penundaan pemilu tersebut.

“Dalam powerfull politik kalau saya melihat tidak terlalu berpengaruh. Jadi omongan mereka ini terus terang buat pemahaman saya tidak ada pengaruhnya,” kata Panda.

Ibarat kata, La Nyalla sekarang bilang merah, besok bisa jadi hijau, dan lusa sudah jadi kuning. Inkonsistensi La Nyalla justru menunjukkan ketidaksabaran dalam mendapatkan kekuasaan, pintu terbuka sedikit, sudah diterjang.

Padahal, ingin maju menjadi calon kepala daerah juga gagal, apalagi sekarang berharap menjadi presiden.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Trending

Exit mobile version