Fakta

La Nyalla Mattalitti Tuduh Jokowi Oligarki, Tapi Selalu Cari Muka Saat Bertemu

Published

on

Saat Munas HIPMI di Solo pada November 2022 kemarin, La Nyalla Mattalitti datang dan memberi sambutan. La Nyalla tiba-tiba cari muka di hadapan Jokowi yang turut hadir dalam acara itu.

Lewat ekspresinya yang datar, La Nyalla mendukung Jokowi agar menambah masa jabatan 2 sampai 3 tahun lagi.

Ketua DPD RI ini beralasan, Jokowi perlu mendapatkan tambahan 2-3 tahun kekuasaan lagi karena pada periode kedua ini, hanya sibuk mengurus pandemi Covid-19.

Namun, pada kesempatan yang lain, La Nyalla sering koar-koar bahwa ekonomi Indonesia telah dikuasai oleh pemodal asing. 

Sumber daya alam di Indonesia hanya diberikan kepada investor asing, dan tak pernah dikelola secara mandiri.

La Nyalla di hadapan sejumlah massa yang dia anggap loyal, selalu bilang tentang perekonomian Indonesia yang sudah dikuasai oligarki. 

Tuduhan itu pernah La Nyalla sampaikan saat memberi sambutan di acara organisasi bela diri, Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) di Provinsi Lampung pada Agustus 2022.

La Nyalla menyebut, UUD hasil amandemen 1999-2002 telah melupakan Pancasila. Bukti yang disampaikan La Nyalla pun serampangan. 

Lagi-lagi ia mengkambing hitamkan penguasaan ekonomi yang telah menindas masyarakat kecil. 

Faktanya, La Nyalla di berbagai kesempatan juga memberikan karpet merah pada investor asing. 

Parahnya, La Nyalla dengan alasan itu, meminta agar PSHT mau mempelajari naskah asli UUD 1945 dan yang sudah diamandemen. 

Padahal secara tak langsung, La Nyalla sedang mencari dukungan untuk mengembalikan UUD 1945 ke naskah yang asli. Tujuannya,  agar pemilihan presiden cukup melalui MPR, tanpa ada pesta demokrasi pemilu raya. 

La Nyalla memang tak pernah mendapat dukungan dari partai politik. Ia sering berpindah pindah partai. Beruntung ia masih bisa menjabat sebagai Ketua DPD. Dan kini, ia ingin jadi presiden dengan mengembalikan UUD 1945 ke naskah yang asli. 

Setelah UUD 1945 kembali ke naskah asli, tentu MPR akan kembali menjadi lembaga tertinggi di Indonesia. Akhirnya presiden cukup dipilih oleh MPR, tanpa penyelenggaraan Pemilu 2024 dan tanpa dukungan partai.

Bila dilihat dari rekan jejak La Nyalla, ia memang bermuka dua. Di hadapan Jokowi ia cari muka seolah ia sangat mendukung pemerintahan Jokowi. 

Namun di luar itu, ia koar-koar dan mengkritik pemerintahan Jokowi telah mempersilakan negara dikuasai investor asing atau bahasanya, dikuasai oligarki.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Trending

Exit mobile version