Bawah Tanah

La Nyalla Mattalitti Sok Anti Kapitalistik Tapi Dukung Investasi Asing dari China Masuk ke Indonesia

Published

on

Ucapan yang berapi-api seringkali memang hanya muncul di mulut, namun tak dicerna dengan baik di pikiran. Barangkali itu ilustrasi yang tepat untuk La Nyalla Mattalitti. 

Saat tampil dalam pembukaan Musyawarah Nasional Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) XVII di Hotel Alila, Solo, Senin 21 November, La Nyalla tampak menjadi sosok yang idealis, anti ekonomi liberal dan anti kapitalisme. 

Lagi-lagi dalam kesempatan itu, La Nyalla menyinggung Pasal 33 naskah Asli Undang-Undang Dasar 1945 sebelum diamandemen pada tahun 1999. 

Pasal tersebut berisikan landasan perekonomian serta pengelolaan sumber daya alam yang dimiliki negara Indonesia. 

Menurutnya, setelah adanya semangat reformasi yang mengkritisi praktik otoriter Orde Baru, penambahan ayat di Pasal 33, membuat sistem ekonomi Indonesia berubah menjadi sistem ekonomi liberal kapitalistik. 

Mekanisme ekonomi diserahkan kepada mekanisme pasar sehingga semakin memperkaya orang per orang pemilik modal. 

Ucapan La Nyalla, bila dicerna seketika itu, memang tampak patriotis dan berpihak pada masyarakat kelas bawah. Ia seolah ingin muncul sebagai pahlawan yang terus menyuarakan bengisnya praktik kapitalisme dan oligarki di Indonesia. 

Namun pada kesempatan yang berbeda, La Nyalla memberi karpet merah untuk investor asing asal China. 

Ucapan La Nyalla ini terungkap saat ia menanggapi kunjungan Presiden Srilanka China Trade and Investment Council, Sun Lai Yung I, berkunjung ke Graha Kadin Jatim, Surabaya, pada Sabtu 19 November 2022. 

Sun Lai Yung I menyebut, Jawa Timur sebagai alternatif pengalihan investasi asal China, buntut tidak menentunya kondisi China akibat lockdown berkepanjangan dan perang Ukraina-Rusia. 

Saat itu, investor China tertarik pada bidang kendaraan listrik, pembangunan infrastruktur jalan tol, solar cell, dan jenis energi terbarukan lainnya. 

La Nyalla menyebut, investasi asal China tersebut perlu ditangkap dengan baik oleh Pemprov Jatim. 

Menurutnya, dengan masuknya investor asing asla China, bisa menguatkan stabilitas ekonomi. Lewat sumberdaya yang dimiliki, China bisa mengembangkan sayap bisnis di Jawa Timur untuk kesejahteraan “rakyat”. 

Lagi-lagi rakyat jadi bahan empuk yang selalu disebut, apapun keberpihakannya, seolah ia selalu berada di pihak rakyat. 

Setelah merestui investor asing, La Nyalla juga seolah ingin menyelipkan pesan bijak: Investasi tersebut harus menumbuhkan industri dengan tetap memperhatikan lingkungan. 

“Sangat tidak diharapkan investasi yang akhirnya merusak lingkungan hidup dan tidak memberikan manfaat sama sekali terhadap masyarakat sekitarnya. Tetapi hanya memberikan manfaat pada segelintir orang. Ini yang tidak diharapkan, apapun jenis investasinya,” tegas LaNyalla

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Trending

Exit mobile version