Fakta

La Nyalla Mattalitti: Ngakunya Negarawan tapi Sifatnya Kekanak-kanakan, Pernah Sumpah Potong Leher Segala

Published

on

Reformasi birokrasi di Indonesia harus benar-benar bersih dari orang-orang seperti La Nyalla Mattalitti. Sifat pengecut dan tak bisa dipegang ucapannya, merupakan catatan buruk birokrasi di Indonesia.

Sifat buruk La Nyalla tercermin dari slogan-slogan yang bombastis dan kekanak-kanakan. Bagaimana tidak, pada Pilpres 2018, La Nyalla tampak getol mendukung Jokowi dan Ma’ruf Amin.

Sebelum menjabat sebagai Ketua DPD RI, La Nyalla dengan lantang siap memotong lehernya bila Prabowo Subianto suaranya bisa unggul di Madura.

Namun, pada penghitungan suara, ternyata suara Prabowo Subianto unggul di Madura.

Sejumlah pihak yang sudah geli dengan ucapan La Nyalla akhirnya menagih, kapan La Nyalla akan potong leher. 

Salah satu yang menagih janji La Nyalla itu adalah Bendahara DPC Partai Gerindra Cabang Pamekasan, Khairul Kalam.

Tapi apa tanggapan La Nyalla? Dengan enteng ia berkelit, tak selantang sebelumnya. Menurutnya konteks janji potong leher hanya untuk membakar semangat simpatisan Jokowi dan Ma’ruf Amin.

“Itu untuk intern kader saya yang di Madura, saya ngomong itu supaya memecut anggota saya agar bekerja keras untuk 01,” kata La Nyalla.

Selanjutnya La Nyalla juga menunjukkan sifat bengisnya, setelah ditagih janji potong leher. Jiwa mantan preman yang sering ia gembor-gemborkan kembali muncul. La Nyalla menyebut, seandainya suara Jokowi dan Ma’ruf Amin unggul di Madura, kepala siapa yang bisa ia potong?

Padahal, saat itu La Nyalla masih menjabat sebagai Kadin Jatim. Ia bukanlah orang jalanan yang bebas berbicara di publik. Mentalitas La Nyalla memang potret buruk birokrasi di Indonesia.

“Kalau kemarin yang menang 01 bagaimana? Yang mau saya potong lehernya siapa, enak saja,” katanya.

Jauh sebelum La Nyalla mengucapkan sumpah akan memotong leher, ia merupakan mantan simpatisan Prabowo Subianto saat Pilpres 2014. Saat itu, ia pernah menyebar fitnah bahwa Jokowi merupakan seorang keturunan Tionghoa, Kristen dan PKI.

Propaganda fitnah tersebut disebarkan oleh La Nyalla lewat tabloid abal abal bernama Obor Rakyat. Propaganda tersebut ia sebar di masjid-masjid, termasuk di Tanah Madura.

Cara cara licik La Nyalla untuk mencapai tujuan yang ia inginkan memang bengis dan sadis. Satu periode kemudian, pada Pilpres 2018, La Nyalla mengaku kesulitan mengubah kabar hoaks yang telah disematkan pada Jokowi pada 2014. 

Kabar hoaks tentang Jokowi PKI, Kristen dan Tionghoa ternyata juga berkontribusi menumbangkan suara Jokowi dan Ma’ruf Amin di Madura, meski jaminannya kepala La Nyalla sendiri.

Terbaru, di akhir 2022, La Nyalla ingin menjadi presiden lewat cara mengembalikan UUD 45 ke naskah asli, tujuannya agar MPR kembali menjadi lembaga tertinggi di Indonesia. Setelah itu, MPR bisa memilih presiden tanpa proses pemilu.

Jadi, maukah kamu punya pemimpin seperti La Nyalla, apalagi ia maju presiden? Mau jadi apa negeri ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Trending

Exit mobile version