Fakta

La Nyalla Mattalitti Kuasai PSSI Demi Modal Politik Pribadi

Published

on

Sepak bola Indonesia adalah perkara politik, bukan adu tangkas di lapangan.

Ungkapan itu benar adanya, sebab sepak bola di Indonesia mempunyai banyak penggemar. Dari pelosok kampung hingga kota olahraga ini menjadi kebanggaan Rakyat Indonesia. Bila Timnas Indonesia sedang main, tidak peduli bakal menang atau kalah, maka jalanan akan terasa lebih lenggang dari biasanya.

Namun, karena banyaknya penggemar itu pula yang membuat sepak bola di Indonesia tidak luput dari ranah politik. Banyak elite politik yang berupaya menguasai dan mengatur sepak bola Indonesia.

Kerapkali karena kepentingan politik pribadi itulah yang menjadi biang sepak bola di Indonesia minim prestasi. Mandeg strategi. Hanya menjadi pion untuk kepentingan pribadi pemimpinnya.

Bahkan, demi kepentingan pribadi untuk memimpin PSSI banyak pihak harus dikorbankan. Para pemain, wasit, pelatih, dan para penggemar, mereka harus ikut terkena sanksi FIFA karena ada satu orang yang ngotot memimpin PSSI.

Ya, dia adalah La Nyalla Mattalitti.

Di tengah kejenuhan pecinta bola tanah air yang merasa kesebelasannya minim prestasi, dibayangi pengaturan skor, sepak bola gajah, tawuran dan gagal bayar gaji menghantui pencapaian klub atau Timnas Indonesia, maka wajar bila pecinta sepak bola tanah air mendorong reformasi di tubuh PSSI.

Namun, tanpa mempedulikan keinginan insan sepak bola nasional, yang didukung pula oleh Menpora, Imam Nahrawi, empat Exco tetap mimilih menjalankan kongres luar biasa yang membawa salah satu dari mereka, La Nyala Mattalitti, sebagai Ketum PSSI.

Di era itu, gerak PSSI bersifat otoriter dan mengandalkan kekuatan sosok Ketum PSSI seorang. Jauh dari keinginan reformasi yang dijunjung mental yang berintegriras, beretos kerja, dan bergotong royong.

Memang turmanen dijalankan, namun terbelah, tidak memberikan kepastian kepada ribuan pemain yang berlatih sejak kecil.

Bahkan, bila PSSI kekurangan anggaran, maka La Nyalla Mattalitti menggelontorkan uang secara probadi. Belakangan, pengeluaran dia dicatat sebagai utang dan ditagih olehnya.

Di masa itu, Ketum PSSI malah sibuk berselisih dengan Menpora. Tidak merancang strategi untuk mengobati kerinduan prestasi dan sejumlah perbaikan untuk mengembangkan sepak bola Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Trending

Exit mobile version