Bawah Tanah

Sri Mulyani: Bodoh, Pura-pura Tidak Tahu, atau Jangan-jangan Terlibat?

Published

on

Menteri Keuangan Sri Mulyani selalu ditampilkan sebagai sosok yang pintar dan lugas, punya pergaulan luas dan memiliki prestasi yang luar biasa di tingkat  internasional. Bahkan menjadi perempuan paling berpengaruh di dunia. 

Setiap hari kita juga selalu disuguhi oleh prestasi yang luar biasa atas kerja Sri Mulyani. Sampai muncul kredo siapapun presidennya, tidak ada yang lebih jago mengurusi keuangan negara selain sosok Sri Mulyani. 

Prestasi yang luar biasa itu senantiasa disampaikan pula dalam laporan-laporan Sri Mulyani bahwa reformasi birokrasi telah dilakukan di tubuh Kementerian Keuangan, sehingga berhasil memberikan penerimaan negara yang besar. 

Sebesar apa? Setidaknya melebihi dari target yang ditentukan. 

Atas kerja itu, maka sudah selayaknya para Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kementerian Keuangan mendapatkan bonus. Bonus berupa tunjangan kinerja di ‘kementerian sultan’ yang terendah sebesar Rp5,36 juta dan tertinggi mencapai Rp 117,3 juta. 

Tunjangan kinerja itu merupakan yang tertinggi dibandingkan berbagai kementerian dan lembaga yang ada negara ini. Kita memakluminya. Karena reformasi birokrasi yang dilaksanakan oleh Sri Mulyani menuntut biaya. 

ASN di Kementerian Keuangan haruslah kaya supaya tidak tergiur untuk korupsi dan melakukan penyelewengan terhadap uang negara yang dikelola. 

Kita dibuat percaya bahwa sosok Sri Mulyani mampu mengubah setan menjadi malaikat di Kementerian Keuangan dengan skema gaji tinggi dan bonus besar. 

Tetapi, kepercayaan itu runtuh ketika Ketua Komite Nasional Koordinator Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Mahfud MD di Komisi III DPR RI menjelaskan bahwa data yang disampaikan Sri Mulyani sehari sebelumnya, di hadapan Komisi XI DPR, adalah data yang salah. 

Sri Mulyani, setidaknya sampai rapat antara Mahfud MD dengan Komisi III DPR, masih meyakini telah membawa ASN di Kementerian Keuangan telah berubah menjadi malaikat dengan reformasi birokrasi yang dijalankannya.  

Baca: Inilah Modus-Modus yang Digunakan Oknum di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk Memalak Pengusaha Rokok Ilegal!!!

Keyakinan ini terlihat dari presentasi yang disampaikan Sri Mulyani di hadapan DPR. Dengan bersemangat ia menjelaskan reformasi birokrasi yang dijalankannya. Termasuk tidak mungkin memberi tempat bagi ‘penjahat’ untuk mendapatkan promosi jabatan.  

Namun, data yang diungkapkan Mahfud MD memperlihatkan laporan terkait aliran dana mencurigakan di lingkungan Kementerian Keuangan yang disampaikan PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan) sama sekali tidak sampai kepada Sri Mulyani. 

Bahkan, Mahfud MD menjelaskan laporan PPATK sampai diserahkan secara langsung dan terdapat berita acara penerimaan. Terdapat pula tanda tangan dalam berkas tersebut. 

Dugaan Mahfud MD laporan yang disampaikan PPATK sama sekali tidak sampai kepada Sri Mulyani. Atau ada oknum yang sengaja menutup akses. 

Fakta ini mengecewakan kita semua. Kita  yang selama ini bangga mempunyai Menteri Keuangan yang pintar tiba-tiba menjadi bodoh karena selama belasan tahun dikibuli oleh anak buah sendiri.

Benarkah Sri Mulyani, perempuan paling berpengaruh urutan ke 47 di dunia sebodoh itu? Bertahun-tahun dia dibodohi oleh orang di sekitarnya. 

Tetapi, posisi Sri Mulyani di Kementerian Keuangan adalah pucuk pimpinan. Posisi strategis untuk mengorkestrasi lembaga penting yang menjadi bendahara negara. Posisi itu juga telah dia duduki lama. Bahkan lintas pemerintahan. 

Kita juga wajib curiga atas gelagat Sri Mulyani. Sebab, bila Sri Mulyani bukan orang bodoh, maka dia sebenarnya sedang pura-pura tidak tahu atas apa yang terjadi di lingkungan kerjanya. 

Namun, apakah mungkin? 

Korupsi, misalnya, kerap kali berpengaruh dengan gaya hidup seseorang. Ketidakwajaran dari para pelaku korupsi acapkali justru tampak dari keinginannya untuk menikmati hasil kejahatan dan otomatis gaya hidupnya berubah. 

Baca: Solusi Sri Mulyani: HARAKIRI !

Sebagai orang yang setiap hari bersama bawahannya apakah mungkin Sri Mulyani tidak mampu memindai perubahan yang terjadi? 

Bahkan, mendapati bawahannya memiliki klub moge Sri Mulyani tidak tahu? Kita hanya melihat Sri Mulyani terkejut mendapati fakta itu. 

Sri Mulyani juga terlihat kaget setelah mengetahui ada bawahannya yang ternyata menyimpan kekayaan tak wajar yang terungkap ke publik dari aktivitas hariannya di media sosial. 

Dan tidak hanya satu ASN di Kementerian Keuangan yang seperti itu. Setelah Rafael Alun Trisambodo, ada Eko Darmanto di Jogja, ada pula Andhi Pramono di Makassar. Ketiganya justru tidak menyembunyikan kekayaan, malah bangga dengan mengungkap ke media sosial. 

Apakah selanjutnya, Sri Mulyani akan kaget lagi mendapati bahwa selama ini dia telah ditipu oleh bawahannya, yang menutup akses pelaporan PPATK, sehingga membuat dia malu karena presentasi data yang salah di depan Komisi XI DPR RI? 

Atau, jangan-jangan, sebenarnya yang terjadi lebih mengejutkan, kita semua justru dikibuli oleh deretan prestasi yang diungkap selama ini tentang sosok Sri Mulyani, namun sebenarnya dialah orang di balik skandal Rp349 triliun transaksi mencurigakan dan kejanggalan-kejanggalan lain di Kementerian Keuangan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Trending

Exit mobile version