Connect with us

Bawah Tanah

Inilah Modus-Modus yang Digunakan Oknum di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk Memalak Pengusaha Rokok Ilegal!!!

Published

on

oknum bea cukai

Memproduksi rokok ilegal adalah bisnis yang menguntungkan di hari-hari ini. Peluang mendulang rupiah dengan cepat terbuka kebar karena kebijakan tarif cukai yang ditetapkan oleh pemerintah sangat progresif. Setiap tahunnya kenaikan tarif cukai berkisar 10% atau di atasnya.

Itu sebabnya, makin ke sini makin mudah kita menemukan rokok ilegal. Tidak perlu jauh-jauh di pelosok desa yang relatif jauh dari pantauan petugas, kini rokok ilegal seperti dijual bebas di warung-warung, ditawarkan secara terbuka di media sosial dan marketplace.

Nyaris tanpa pemantauan. Atau sebenarnya sengaja dibiarkan karena menjadi sumber pendapatan sampingan bagi oknum-oknum di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Kecurigaan ini bukan tanpa bukti, terlebih Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menyebut laporan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan atau PPATK terkait adanya pergerakan uang yang mencurigakan sebesar Rp300 triliun di lingkungan Kementerian Keuangan.

“Sebagian besar dana itu ada di Direktorat Jenderal Pajak dan Bea Cukai,” kata Mahfud MD.

Angka itu merupakan angka kecil bila melihat pergerakan rokok ilegal. Data tahun 2021 saja, dari data lembaga riset Indodata, rokok ilegal telah mengambil porsi 26,30% atau mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp53,18 triliun rupiah dalam setahun.

Pada tahun 2022 dan 2023 kerugian negara yang diakibatkan oleh peredaran rokok ilegal kemungkinan akan jauh lebih besar lagi. Mengingat keputusan Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk meningkatkan tarif cukai sebesar 10% untuk tahun 2023 dan 2024.

Keputusan Sri Mulyani pastinya disambut dengan gembira oleh produsen rokok ilegal, karena pemerintah justru memberi peluang bagi rokok ilegal mendapatkan tempat yang lebih baik di pasaran.

Baca  Kejati Jatim Tetapkan La Nyalla Tersangka Kasus Dana Hibah APBD

Tetapi bagamanapun gembiranya produsen rokok ilegal, tentu lebih gembira lagi oknum-oknum di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Sebab, meningkatkannya tarif cukai bagi tumbuh suburnya rokok ilegal. Tetapi, bagaimana pun tindakan memproduksi dan mengedarkan rokok ilegal adalah tindakan yang melawan hukum yang diawasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Produsen rokok ilegal tentu tidak dapat bergerak tanpa ‘izin’ oknum-oknum di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Kongkalingkong antara produsen rokok ilegal dan oknum di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai ditengarai terjadi secara massif, sehingga bisa mengakibatkan rokok ilegal berjaya, hingga sanggup mengambil seperempat lebih porsi dari pangsa pasar rokok di Indonesia.

Dari data yang kami himpun dari berbagai sumber, berikut ini modus-modus yang dilakukan oknum-oknum di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk membantu produsen rokok ilegal.

Permainan Izin Perusahaan

Perizinan menjadi mainan bagi oknum di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Pabrik rokok baik baru dan lama diperbolehkan beroperasi meskipun tidak sesuai ketentuan apabila memberi ‘sesuatu”.

Oknum di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai bisa menutup mata atas ketidaklayakan pabrik bedasarkan aturan perundang-undangan. Syaratnya, pengusaha rokok ilegal harus menyerahkan uang untuk menutup mata oknum-oknum di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Beri Upeti, Maka Usaha Rokok Ilegalmu Bisa Jalan

Oknum di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai meminta setoran upeti rutin kepada pengusaha rokok ilegal yang telah dia ketahui keberadaannya serta pergerakkannya.

Dengan membayar upeti itulah ada kewajiban dari Oknum di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk memberikan informasi penting kepada pengusaha rokok ilegal. Bila ada operasi rokok ilegal, maka produsen yang telah membayar akan diberi informasi terlebih dahulu sehingga punya waktu untuk memindahkan barang bukti atau berhenti memproduksi sementara waktu.

Baca  Solusi Sri Mulyani: HARAKIRI !

Upeti diterima oleh oknum di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai ini tidak dimakan sendiri oleh oknum penerima setoran. Dia perlu membagikan setoran kepada pihak-pihak yang ikut bermain di lembaganya, juga kabarnya para petinggi di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Pura-pura Tertangkap
Kewajiban Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk memerangi rokok ilegal tidak bisa ditinggalkan. Oknum paham betul kewajiban itu, maka dia akan memfokuskan operasi kepada pemain baru yang belum setor upeti.

Hal ini mengikuti prinsip tak kenal maka tak sayang. Dengan cara berkenalan seperti itu, maka pengusaha rokok ilegal baru itu kemudian akan disayang oleh oknum-oknum tersebut serta ‘dijaga’ kelangsungan usahanya.

Lelang Barang Bukti

Barang hasil tangkapan itu sebagian kecil dimusnahkan dengan pendokumentasian yang baik agar terlihat bekerja.

Selebihnya, oknum akan minta untuk ditebus kepada pengusahanya. Atau kamu percaya bahwa selama ini operasi tangkap tangan rokok ilegal hanya terhenti pada penangkapan kurir berikut rokok ilegal sebagai bukti? Tanpa tindak lanjut pengusutan di hulunya?

Lelang Asset

Barang bukti berupa kendaraan kurir rokok ilegal juga dimanfaatkan oleh oknum di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk meminta tebusan. Bila tidak ditebus, maka akan dicarikan pihak lain yang mau menebus. Hasilnya diambil oleh oknum-oknum tersebut.

Pita Cukai Rusak Juga Berharga
Pita cukai yang rusak juga dijadikan ajang bagi oknum-oknum di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mencari rupiah.

Pita cukai yang tidak lolos kualifikasi itu dijual dengan harga murah kepada produsen rokok ilegal untuk mengelabui. Sedangkan dalam laporan ke atas, pita cukai rusak telah dilaporkan telah dimusnahkan.

Kuota Cukai

Kuota cukai juga menjadi ajang pencariaan uang haram oleh oknum Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Hal ini merujuk pabrikan kecil hingga menengah dengan golongan tertentu yang jumlah produksinya dibatasi sehingga tarif cukai lebih murah.

Baca  Haris Rusly Moti: Aktivis yang Masih Setia Menapaki Jalannya

Tetapi, dengan bantuan oknum di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai maka pabrik bisa menambah jumlah produksinya sedangkan tarif cukai rokok yang dibayarkan tidak mengalami kenaikan.

Dugaan permainan yang dilakukan oleh oknum di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai hanyalah sebagian kecil dari gerombolan besar oknum yang tersembunyi di Kementerian Keuangan.

Ibarat dua tikus terlihat di suatu rumah, maka kemungkinan besar terdapat sarang tikus besar yang menyembunyikan tikus-tikus lain.

Kini, setelah gempa 300 triliun yang diungkap Mahfud MD, adalah waktu yang tepat untuk bersih-bersih sarang tikus tersebut agar rumah kita bersama bernama Indonesia

Jalan terus, Pak. Sampai terbongkar.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Bawah Tanah

Gibran Dalam Tatapan Mata Manusia Indonesia

Gibran sudah final mendampingi Prabowo. Di berbagai survei, pasangan itu unggul sementara dibanding pasangan lain.

Published

on

Gibran Dalam Tatapan Mata Manusia Indonesia

Gibran sudah final mendampingi Prabowo. Di berbagai survei, pasangan itu unggul sementara dibanding pasangan lain. Namun apakah hal itu akan bertahan hingga saat pencoblosan nanti?

Untuk mengetahui itu, kita harus bisa membaca jagat batin orang Jawa pada khususnya, dan orang Indonesia pada umumnya.

Di Jawa, kalau ada orang yang berkali-kali tampil di depan publik, entah itu dalam bentuk pementasan atau hal lain, warga biasanya ngedumel: “Kaya ora ana wong liya wae.” Seperti tidak ada orang lain saja.

Sebaliknya jika ada anak muda yang terlalu maju, pengen tampil cepat, juga akan jadi omongan warga. Seolah dianggap belum saatnya. Nggege mangsa. Durung pantes. Belum tiba saatnya.

Dalam konteks apa itu nanti akan diperbincangkan khalayak umum? Saat debat capres-cawapres yang akan ditayangkan di berbagai saluran televisi tentu saja.

Di situlah jutaan pasang manusia Indonesia akan menyaksikan. Memang mungkin sebagian tema perdebatan tidak menarik perhatian mereka, tapi apa yang tampak di layar televisi, akan mudah dicerna. “Cah cilik kok wis pengen dadi presiden. Kok ora sabar. Dumeh bapake presiden.”

Kita bisa bilang bahwa suara penghakiman itu tidak selaras dengan zaman. Tapi kita mesti memahami karakter sosiologis masyarakat Jawa sebagai pemilih terbanyak dan hal seperti itu juga mungkin dipandang sama oleh masyarakat non-Jawa. Karena pada dasarnya, dalam konteks orang tampil, kematangan, karbitan, itu terma-terma yang ada di mana-mana.

Itu sama misalnya ketika Presiden Jokowi dulu sering memberi hadiah kaos yang dilempar dari dalam mobil. Untuk ukuran kelas menengah terdidik, itu dianggap perilaku yang tidak menghargai warga negara. Tapi bagi kebanyakan masyarakat baik di rural maupun di urban dari kelas menengah ke bawah, mereka suka dengan orang yang gemar berbagi hadiah tanpa memperhatikan caranya.

Baca  Sri Mulyani: Bodoh, Pura-pura Tidak Tahu, atau Jangan-jangan Terlibat?

Apalagi jika disandingkan antara Prabowo dengan Gibran. Itu seperti pasangan yang sangat kontras dan bertolak-belakang. Bukan pasangan yang saling melengkapi sebagaimana Ganjar-Mahfud atau Anies-Muhaimin. Kondisi kontras, yang satu cukup sepuh dan yang satu sangat muda, dianggap tidak resap dipandang dan cocok di dalam hati.

Nice and good looking, masih sangat dominan juga jika nanti ada di kotak suara. Apalagi jika ketika pasangan itu dipajang bersamaan.

Masyarakat Jawa dan warga Indonesia mungkin tidak akan peduli dengan janji-janji politik. Tapi sangat mungkin peduli dengan pantas dan tidak pantas, apa yang tampak dan enak dilihat sebagai presiden dan wakil presiden mereka.

Ini mungkin akan menjadi tantangan bagi tim sukses Prabowo-Gibran. Terlebih di saat kampanye dengan massa yang berjumlah ribuan. Gibran rasanya kalah jam terbang dibanding Muhaimin dan Mahfud.

Jadi perjalanan Gibran masih amat panjang, tidak mudah, dan berliku.

Continue Reading

Bawah Tanah

Panda Nababan: “Mulai hari ini, stop bicara soal Gibran!

Stop bicara soal Gibran!

Published

on

panda nababan stop bicara soal gibran

Ungkapan itu diucapkan dengan sangat serius dan dengan muka tegang dalam di acara Indonesia Lawyers Club, yang diunggah di Youtube ILC pada Kamis, 14 September 2023.

Tajuk ILC itu sendiri adalah “Berebut Kursi Wapres, Siapa Bakal Tersingkir?” Selain Panda Nababan, sejumlah tokoh hadir, termasuk misalnya Nusron Wahid. Nusron sendiri bicara di sesi terakhir.

Komentar bernada keras Panda itu dilakukan karena para pembicara sebelumnya, banyak yang mengaitkan kemungkinan Gibran Rakabuming, Walikota Solo sekaligus anak pertama Presiden Jokowi, sebagai salah satu calon terkuat untuk mendampingi Prabowo Subiyanto. Tentu saja hal itu dengan syarat Mahkamah Konstitusi mengabulkan gugatan ambang batas usia capres-cawapres yang sebelumnya dipatok minimal berusia 40 tahun.

Menurut Panda, membicarakan kemungkinan Gibran menjadi wakil Prabowo adalah sebuah upaya pembodohan publik. “Bagaimana bisa? Gibran itu kader PDIP, menjadiil walikota karena dicalonkan oleh PDIP, bapaknya juga kader PDIP. Jangan hal seperti ini diomongkan terus, karena itu pembodohan!”

Andre Rosiade yang juga hadir di acara tersebut dan mendapatkan waktu berbicara setelah Panda, tak menampik bahwa memang nama Gibran masuk dalam radar Gerindra sebagai bakal calon wakil presiden yang mendampingi Prabowo. Selain itu ada kemungkinan juga Erick Thohir yang diusung PAN, atau Airlangga Hartarto yang diusung Partai Golkar.

Dalam pernyataannya itu, Andre juga sempat menyindir Panda. “Bagi Opung (panggilan akrab Panda, red), Gibran itu ingusan. Tapi bagi kami, Gibran itu punya potensi menjadi calon pemimpin masa depan.”

Tapi tampaknya sindiran Andre itu tidak terlalu ditanggapi oleh politikus gaek dari PDIP itu. Sesekali Panda malah nyeletuk soal lain, “Ya, PDIP kan belum pernah ditinggal partai koalisinya…” Sontak komentar itu menuai tawa dari para pembicara.

Baca  Haris Rusly Moti: Aktivis yang Masih Setia Menapaki Jalannya

Memang Gibran terus mendapatkan sorotan dari publik karena selain makin banyak pendukungnya, sosok muda ini dianggap cukup berhasil dalam memimpin Solo. Bahkan beberapa pengamat memuji keberanian dan gaya bapak dari Jan Ethes itu.

Polemik tentang Gibran memang tak akan terhindarkan. Sampai kelak akan ada keputusan dari Mahkamah Konstitusi.

Hanya saja menurut pengamat politik Yunanto Wijaya, meragukan apakah jika MK mengabulkan gugatan tersebut otomatis akan membuat Gibran bakal jadi wakil dari Prabowo. “Pak Jokowi bakal berhitung cermat. Kalau selisih Prabowo dengan Ganjar tipis, dia tidak akan mengizinkan Gibran maju. Risikonya terlalu besar.”

Mari kita lihat, bagaimana keputusan MK, dan apakah jika MK mengabulkan gugatan soal ambang batas usia capres-cawapres, akan membuat Gibran bakal benar-benar mendampingi Prabowo, atau Walikota Solo itu akan tetap setiap kepada PDIP.

Namun yang menarik dalam acara tersebut ada pada sesi terakhir, ketika Nusron Wahid bicara. Menurut politikus Partai Golkar itu, kontestasi Pilpres di Indonesia sebetulnya cukup diselesaikan oleh tiga orang: Presiden Jokowi, Megawati, dan Prabowo.

“Kalau mereka duduk bareng, misalnya lalu Presiden meminta Bu Mega agar Ganjar bersedia jadi wakil Prabowo, lalu Bu Mega setuju, ya sudah. Kelar semua urusan ini.”

Panda lalu menyahut, “Tidak mungkin itu terjadi! Ngawur itu!”

Tapi saling bantah ringan itu tetap dengan nada tawa. Tidak benar-benar bersitegang.

Nusron juga membuat lelucon yang bikin Karni Ilyas selaku host ILC memerah mukanya sambil menahan tawa. Nusron bilang, “Kalau Bu Mega bilang wakil Pak Ganjar adalah Karni Ilyas, maka Karni Ilyas-lah yang akan jadi wakil Ganjar. Tidak mungkin Pak Panda Nababan bisa membantah Bu Mega!”

Baca  Sri Mulyani: Bodoh, Pura-pura Tidak Tahu, atau Jangan-jangan Terlibat?

Hadirin tertawa dan bertepuk tangan dengan riuh. Harusnya memang politik seperti itu. Tidak usah terlalu tegang.

Continue Reading

Bawah Tanah

SIARAN PERS PENGUNDURAN DIRI ADE ARMANDO SEBAGAI HOST COKRO TV

Published

on

By

ade armando

BOGOR, 6 AGUSTUS 2023

Melalui siaran pers ini, saya, Ade Armando, ingin mengabarkan bahwa mulai 7 Agustus 2023, saya mengundurkan diri menjadi host program Logika AA di kanal Youtube Cokro TV.

Saya mundur karena perbedaan paham dengan pimpinan perusahaan dan pimpinan redaksi Cokro TV. Saya menganggap sebaiknya setiap host TV bisa mengungkapkan kritiknya terhadap semua partai dan kandidat presiden yang akan bertarung dalam Pemilu 2024, tanpa terkecuali. Pimpinan Cokro TV menolak host di Cokro TV mengeritik PDIP terkait kampanye Ganjar Pranowo karena dikhawatirkan akan berdampak pada elektabilitas Ganjar Pranowo. Pimpinan Cokro TV memutuskan Cokro TV akan menjadi kanal untuk mendukung pemenangan Ganjar. Sikap pimpinan Cokro TV ini didukung tiga host Cokro TV lainnya: Denny Siregar, Eko Kuntadhi, dan Ahmad Sahal.

Setelah berdiskusi di WAG, saya akhirnya menganggap kami memang tidak akan menemukan titik temu. Karena itu, konsekuensi paling logis dari sikap saya adalah mengundurkan diri sebagai host Cokro TV. Saya akan menyebarkan pikiran dan pendapat saya melalui kanal youtube, tiktok, instagram, twitter dan facebook saya sendiri.

Saya berterimakasih atas peluang dan kesempatan yang diberikan kepada saya selama lebih dari dua tahun untuk menjadi host yang bebas mengemukakan pendapat dan kritik saya melalui kanal Cokro TV.

Saya doakan Cokro TV bisa semakin berkembang dan melakukan pencerahan yang dibutuhkan bangsa Indonesia.

Doa terbaik buat semua rekan, subscriber, dan viewer Cokro TV

Salam.

Baca  La Nyalla Mattalitti Penjilat dan Sok Agamis, Pernah Tantang Prabowo Mengaji dan Salat
Continue Reading

Trending