Versus

Fahri Hamzah: La Nyalla Mattalitti Potret Pemimpin yang Gak Ada Kerjaan

Published

on

Politikus Fahri Hamzah akhirnya tidak tahan dengan sikap La Nyalla yang semakin tak terkendali. 

Dalam satu kesempatan di Channel YouTube Total Politik, Fahri Hamzah akhirnya buka suara dengan sikap La Nyalla Mattalitti yang ingin mengembalikan Indonesia ke masa represif.

Seperti diketahui, La Nyalla ingin mengembalikan kekuasaan MPR RI lewat adendum UUD 45 ke naskah yang asli, agar presiden cukup dipilih lewat MPR. 

Selain itu, La Nyalla juga menyatakan ingin menunda pemilu 2024 dan memberi dukungan perpanjangan masa jabatan presiden Jokowi. Hal ini disampaikan La Nyalla saat Munas HIPMI di Solo pada November lalu.

Bagi Fahri Hamzah, La Nyalla Mattalitti merupakan sosok pemimpin di Indonesia yang tak paham dengan negara demokrasi. La Nyalla, sebagai ketua DPD RI harusnya bisa jadi lembaga kontrol DPR bila salah langkah, bukan mengompori DPR agar mengembalikan Indonesia ke era represif seperti Orde Baru.

“Parah DPD, disorientasi, La Nyalla keliling melihat kuburan ke daerah-daerah. Ketemu sultan-sultan, balik-balik bilang perpanjangan,” kata Fahri Hamzah.

Selain itu, bagi La Nyalla, DPD selama dipimpin La Nyalla Mattalitti memang tidak ada kerjaan. 

Lebih lugas, Fahri Hamzah menyebut, La Nyalla hanya makan gaji buta dari DPD RI. Sebab secara fungsi, DPD yang harusnya jadi lembaga kontrol, tak pernah nyaring berbunyi.

La Nyalla, faktanya, hanya melempar isu isu baru yang bikin resah. 

“Sehingga gak ada kerjaan. Kerjanya hanya rekomendasi, gak jelas. Pengawasan gak ada, anggaran gak ada, hak legislasi gak ada. akhirnya muter-muter gak jelas,” ujarnya.

Sebenarnya, bila mau kerja, DPD bisa jadi lembaga independen penyeimbang demokrasi, ketika DPR melakukan kebijakan yang bisa merugikan rakyat.

“Harusnya, DPD bisa lebih independen, bisa mengecek DPR, harusnya. Ini gak ada,” katanya.

Parahnya, kata Fahri Hamzah, La Nyalla dan anggotanya tampak nyaman dengan kondisi demikian. Meski La Nyalla juga tampak masih haus dengan posisi kekuasaan yang lebih tinggi. 

Setelah berulang kali gagal berkarir di partai politik, gagal memimpin dunia sepak bola di PSSI, hingga terjerat beragam kasus korupsi saat jadi Kadin Jatim, kini La Nyalla berupaya mengubah UUD 45 ke naskah yang asli agar memiliki peluang jadi pemimpin, cukup lewat MPR tanpa ada Pemilu.

“Dia makan gaji buta, gak dipantau KPK,” katanya.

La Nyalla bagi Fahri Hamzah, merupakan potret pemimpin di Indonesia yang tak paham dan menjalankan sistem demokrasi. La Nyalla memang tak pernah mulus di jalur demokrasi untuk menjadi sosok pemimpin. Bahkan saat ingin menjadi calon Gubernur Jawa Timur 2018, La Nyalla pun gagal.

Kini La Nyalla di DPD dipandang hanya makan gaji buta dan tak ada pekerjaan yang berarti bagi negeri ini. La Nyalla, tampak terus mencari cara agar ia bisa melenggang ke jalur kekuasaan lewat cara-cara tanpa sistem demokrasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Trending

Exit mobile version